Potensi Kelautan dan Perikanan Indonesia Menjadi Kekuatan Ekonomi Dunia
Narasiumat.com - Indonesia sebagai bagian negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17 ribu pulau, 7.000 pulau di antaranya berpenghuni sebagai negara kedua dengan garis pantai terpanjang di dunia mencapai 99.083 km serta memiliki 23% keseluruhan ekosistem hutan mangrove dunia.
Fakta ini menjadikan Indonesia memiliki potensi untuk menjadi poros maritim dunia yang dapat menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat, dan makmur. Dengan cara, melalui pengembalian identitas Indonesia sebagai bangsa maritim, pengamanan kepentingan dan keamanan maritim, memberdayakan potensi maritim untuk mewujudkan pemerataan ekonomi Indonesia.
Presiden Jokowi memiliki Visi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara poros maritim dunia. Ini telah disampaikan oleh Presiden Jokowi dalam pidatonya di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-9 East Asia Summit (EAS) di Nay Pyi Taw, Myanmar (13/11/2015). Visi ini kemudian ditindaklanjuti dengan serangkaian program kerja yang berlandaskan kepada lima pilar utama.
Pertama, pembangunan kembali budaya maritim Indonesia.
Kedua, berkomitmen dalam menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri perikanan dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama.
Ketiga, komitmen mendorong pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut, logistik, dan industri perkapalan, serta pariwisata maritim.
Keempat, diplomasi maritim yang mengajak semua mitra Indonesia untuk bekerja sama pada bidang kelautan. Pilar kelima, Membangun kekuatan pertahanan maritim.
Untuk dapat mewujudkan visi tersebut, Indonesia harus memfokuskan pengembangan infrastruktur maritim ke wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang merupakan masa depan Indonesia. Wilayah kepulauan di provinsi Maluku tidak hanya memiliki potensi kelautan dan perikanan saja Maluku juga sudah menjadi pusat rempah-rempah dunia beberapa abad sebelumnya dengan kedatangan pedagang dari seluruh penjuru dunia.
Sejak masa awal pemerintahan Presiden Jokowi, wilayah KTI telah mengalami pembangunan infrastruktur maritim yang biasa guna mendukung visi tersebut
Soal aspek ketahanan pangan, Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas meliputi 17,92 juta hektar yang mencakup tiga kali luas daratannya. Wilayah laut Indonesia merupakan wilayah yang menjadi sumber pangan dan gizi bagi masyarakat Indonesia, serta merupakan berkah dalam mengembangkan berbagai sector ekonomi berbasis kelautan seperti sektor perikanan tangkap, perikanan budidaya, pengolahan hasil perikanan, bioteknologi kelautan, energi dan sumberdaya mineral (ESDM) serta wisata bahari. Salah satu sektor ekonomi kelautan yang saat ini sedang dikembangkan di wilayah timur Indonesia.
KTI memiliki andalan bidang perikanan yang melimpah. Tentunya, bisa menciptakan smelter maritim/food estate maritim yang akan membantu terwujudnya ketahanan pangan kemaritiman, penyerapan tenaga kerja, mendatangkan investasi kemaritiman di Indonesia Timur, dan terciptanya industri pertambahan nilai di Indonesia Timur.
Provinsi Maluku Kota Tual yang berhadapan degan laut banda di cantumkan sebagai lumbung ikan nasional atau daerah maritim didominasi lautan dengan cakupan 98,67 persen dari keseluruhan luas wilayahnya. Kota yang ada di tengah Laut Arafura memiliki potensi perikanan yang relatif besar terutama pada jenis ikan pelagis kecil, dengan ikan tangkapan dominan adalah tongkol, tenggiri, tuna, layang, kembung, dan sebagainya.
Dengan potensi kaluatan, perikanan sebagai kekuatan maritim degan harapan pemerintah pusat dapat melanjutkan serta mengembangkan potensi tersebut sehingga menjadi kekuatan pangan yang berbasis maritim serta membuka lapangan pekerjaan Dan dapat menampung hasil tangkapan nelayan di wilayah pesisir Maluku terutama masyarakat di pasir pulau Banda, seram, Tual, Maluku tenggara, kepulauan Aru serta daerah pesisir di Maluku Tengah serta wilayah lainnya di Indonesia timur.