Sumber Foto : Kementerian ESDM |
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot, menegaskan bahwa kebijakan hilirisasi yang dijalankan selama lima tahun terakhir telah berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. "Hilirisasi menciptakan nilai tambah ekonomi sebesar 2 persen, dengan realisasi investasi mencapai lebih dari Rp1.000 triliun. Ini membuka banyak lapangan pekerjaan dan memberikan manfaat besar bagi masyarakat," ujarnya saat menghadiri penandatanganan perjanjian jual beli logam emas antara PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Aneka Tambang Tbk (Antam), Kamis (7/11) di Jakarta.
Dalam acara tersebut, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot juga mengungkapkan bahwa kerja sama antara kedua perusahaan yang tergabung dalam holding BUMN tambang, MIND ID, akan menghemat devisa negara hingga USD12 miliar. "Dengan suplai emas dari PTFI, kebutuhan impor berkurang, sehingga devisa tidak perlu keluar. Ini langkah penting dalam mendukung kesejahteraan masyarakat," tambahnya.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, menekankan bahwa hilirisasi bukan lagi sebuah opsi, melainkan keharusan. "Indonesia memiliki cadangan emas terbesar keenam di dunia, tetapi dalam bentuk emas batangan, posisi kita jauh di urutan ke-43. Ini menunjukkan adanya ketidakefisienan yang harus diperbaiki melalui hilirisasi," ujar Erick.
Ia juga mengungkapkan bahwa produksi emas batangan Indonesia saat ini hanya 78,5 ton, jauh tertinggal dari Amerika Serikat yang memimpin dengan cadangan 8.100 ton. Erick menegaskan perlunya peningkatan hilirisasi untuk memperkuat ekonomi nasional.
Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso, menyoroti pentingnya kolaborasi antara Antam dan PTFI dalam memperkuat bisnis hilirisasi mineral. "Kerja sama ini menghemat devisa negara karena Indonesia tidak perlu lagi mengimpor bahan baku untuk produksi logam mulia. Hasilnya, rakyat Indonesia menikmati hasil bumi dari hulu ke hilir," jelasnya.
Direktur Utama Antam, Nico Kanter, menambahkan bahwa kemitraan ini memperkuat industrialisasi di dalam negeri untuk menuju era "Indonesia Emas". "Suplai emas dari PTFI menjadi komitmen kami untuk memenuhi kebutuhan investasi emas masyarakat sekaligus memperkuat sumber daya domestik," tuturnya.
Sementara itu, Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, memaparkan bahwa fasilitas pemurnian logam mulia (Precious Metal Refinery/PMR) PTFI memiliki kapasitas produksi tahunan hingga 50 ton emas, 200 ton perak, serta logam platinum dan paladium. "Produksi emas pertama dari PMR PTFI dijadwalkan pada minggu kedua Desember 2024, dengan target produksi akhir tahun sebesar 0,5 ton," ungkapnya.
Dalam perjanjian yang ditandatangani, PTFI berkomitmen untuk memasok 30 ton emas murni berkadar 99,99 persen setiap tahun kepada Antam selama lima tahun. Total nilai kontrak ini mencapai USD12,5 miliar atau setara Rp200 triliun. Kerja sama strategis ini diharapkan menjadi tonggak baru dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui hilirisasi dan sinergi BUMN tambang.